Webinar KHub yang mengusung judul Anak Muda Pendukung Pemerintah Bersih pada 8 Desember 2021 lalu juga mengundang Idris Ahmad. Anak muda yang dengan caranya sendiri menjadi pendukung pemerintah bersih. Sejak usia 28 tahun, ia menjajaki dunia politik praktis bersama Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Dalam webinar yang diadakan SPAK Indonesia itu sekaligus menjadi rangkaian acara menuju konferensi virtual Voice of Integrity 2021. Kegiatan tersebut mencoba untuk mengumpulkan seluruh lapisan masyarakat, terutama anak muda untuk terlibat dalam membicarakan nilai-nilai integritas.
Idris Ahmad memulai presentasinya dengan pernyataan yang menggebrak, “Saya percaya politik adalah jalan memperbaiki, mengakselerasi perubahan bahkan melipatgandakan manfaat. jalan itu dibuat oleh partai politik. Berarti partai politik adalah pabriknya, dan pejabat publik adalah produknya. Namun, saya tahu juga bahwa kepercayaan terhadap pabrik ini masih rendah, dan saya memilih jalan ini.”
Idris Ahmad melanjutkan pernyataannya bahwa alasan pertama dirinya untuk masuk politik ialah, bukan mau jadi politisi/tokoh politik, tapi ia yakin dengan pernyataan di atas. Keyakinannya juga mengatakan bahwa untuk memperbaiki produk harus dimulai dengan memperbaiki pabriknya. Menurut Idris lagi, “Upaya menjaga integritas partai politik/individu politik adalah dengan mewujudkan keuangan partai politik yang sehat, melalui skema pendanaan publik (fundraising). Pendanaan publik dapat dimulai dari proses politik dan kampanye politik, dengan dasar saham politik adalah milik bersama, bukan dinilai dari besaran rupiah, akan tetapi kesetaraan dalam partisipasi memutus mata rantai korupsi”.
Akan tetapi membangun budaya pendanaan publik dalam kontestasi pemilu bukan perkara yang mudah. Secara gamblang ia mengatakan bahwa telah memberikan sumbangan perdana dalam partai politik adalah sebesar Rp50.000. Ia memberikan dana tersebut kawan yang baru ia kenali selama 2 tahun. Idris Ahmad bercerita juga bahwa memiliki teman-teman yang sudah kenal selama 5 tahun lamanya, namun tidak menyumbangkan apa-apa sama sekali. Meski demikian, beberapa dari mereka malah menjauhinya. Dari situ, Idris melihat adanya masalah sistemik dalam persepsi masyarakat dan ekosistem politik di Indonesia.
Menurutnya lagi, selama aktor politik tidak mendukung secara swadaya dalam sebuah kontestasi atau turut membangun ekosistem politik baru yang transparan, maka aktor tersebut akan terus masuk hingga terjerat dalam lingkaran setan pedanaan politik. Kadang kala, hal tersebut harus ditukarkan dengan kebijakan publik agar donor dari pengusaha yang memiliki kepentingan. Maka itu menjadi tantangan yang berat untuk kebanyakan aktor politik. Oleh sebab itu PSI memulai gerakan pendanaan publik untuk gerakan-gerakan politik. Selain itu PSI juga berupaya mempertanggungjawabkan sumbangan publik tersebut secara transparan, sehingga masyarakat selaku penyumbang bisa mengetahui uang sumbangan mereka di gunakan untuk apa.
Menurut Idris Ahmad, proses tersebut menjadi bagian dari menumbuhkan rasa saling percaya dan upaya menjaga integritas pejabat publik. Selama ini PSI tidak melihat besar dan kecilnya sumbangan publik, tapi perubahan secara sistematis menumbukan semangat bahwa politik milik bersama, dan untuk memutus mata rantai korupsi harus di mulai dari memperbaiki partai politik yang nantinya akan menghasilkan produknya. Strategi kedua yang PSI lakukan untuk memperbaiki partai politik adalah budaya mempertangunggjawabkan kinerja melalui laporan rutin partai politik. Idris Ahmad menjelaskan bahwa hal tersebut tidak memulai dari anggota dewannya, tapi kita memulai dari partai politiknya.
Strategi ketiga untuk menjaga integritas dan memperbaiki partai politik adalah dengan mengedepankan transparansi sebagai pejabat publik, berupa melaporkan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) sebagai bentuk patuh terhadap aturan dan mekanisme kontrol. Sedangkan strategi yang ke-4 adalah pengawasan partai politik terhadap anggota legislatif. Partai Politik tidak boleh lepas kontrol terhadap kadernya yang terpilih menduduki kursi legislatif. PSI membuat SOP untuk bisa mengintervensi dan rutin melakukan evaluasi kinerja, sebagai bahan acuan penempatan di fraksi dan komisi serta menjadi landasan untuk memberikan surat peringatan/teguran. Penilaian integritas tidak hanya dilakukan untuk anggota legislatif, tapi juga untuk tenaga ahli dan pengurus partai politik.
Di penghujung presentasi, Idris Ahmad kembali memaparkan bahwa di dalam perjalanannya banyak pihak yang sedikit meragukan aturan yang PSI buat dengan mengatakan itu hanya sebatas aturan. Faktanya, hasil evaluasi tersebut dipakai untuk menukar posisi anggota dewan dari partai PSI ke fraksi/komisi yang sesuai dengan kemampuan anggota partai. Selain itu, PSI juga pernah memecat anggota DPRD DKI Jakarta yang terbukti menggelembungkan dana reses. Terdapat kewajiban untuk menumbuhkan budaya wajib laporan individu. Hal tersebut untuk menumbuhkan semangat bertanggungjawab dan rasa tidak nyaman karena diawasi oleh partai politik.
Pada strategi ke-5, Idris Ahmad menjelaskan bahwa PSI membuka program magang untuk mewujudkan inklusivitas politik. Menurutnya, bahwa transparansi tidak cukup hanya dengan buka dokumen. Sama halnya proses magang bukan hanya edukasi politik, tapi sebagai bentuk pengawasan dari pihak luar yang nantinya akan berbagai seputar informasi dalam partai kepada orang lain. Peserta magang bukan hanya magang, tapi juga dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan dan tak jarang menawarkan alternatif kebijakan. Hal tersebut sebagai bentuk partisipasi masyarakat dalam dunia politik untuk bersama dan terbuka. Menutup presentasinya, Idris Ahmad mengatakan bahwa sebenarnya partai politik maupun politisi itu sendiri, ada dan telah mencoba memperbaiki sistem dari dalam. Oleh sebab itu, ia menegaskan bahwa jangan biarkan gerakan bersih-bersih dan gerakan antikorupsi ini berjalan sendiri-sendiri. Ia mengatakan lagi, “Gerakan masyarakat sipil dan politisi yang punya semangat dalam memberantas korupsi harus saling terkoneksi.”